jurnalis.or.id – Kota Bandung, ORI (Original Rekor Indonesia) kembali mengapresiasi seorang tokoh masyarakat Putra Jawa barat untuk menerima penghargaan Rekor ORI pada Rabu 9 Mei 2018. Berlokasi di Jl. Parakan Asri Kec. Batununggal Kota Bandung. ORI (Original Rekor Indonesia) memberi penghargaan dan mengangkat Irjen Pol(Purn). DR. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N sebagai duta pemerhati seni budaya dan komunitas agama yang ada di Indonesia, sekaligus sebagai duta komunitas seni budaya dan komunitas keagamaan di Indonesia. Tokoh masyarakat yang akrab di sapa kang Anton ini adalah penggagas dan penggerak berbagai rekor prestasi yang di adakan oleh Manggala Garuda Putih dalam berbagai raihan rekor seni budaya keagamaan di Jawa Barat yang selama ini sudah di catat dalam buku Original Rekor Indonesia.
“Saya Agung Elvianto Presiden Original Rekor Indonesia, hari ini adalah satu momen dimana kita dari Original Rekor Indonesia akan memberikan apresiasi terhadap seorang penggagas yang mana kita juga baru tau ada beberapa rekor yang sudah di catat oleh Manggala Garuda Putih yang mana beberapa rekor yang sangat spektakuler dan kita baru tau ternyata di gagas oleh bapak Anton. Mungkin waktu beberapa waktu yang lalu itu ketika beliau menjabat sebagai Kapolda beliau tidak sering tampil karena beliau tidak mau terlalu keliatan menonjol seperti itu, untuk itu kami dari Original Rekor Indonesia akan memberikan apresiasi.” Ujar Agung Elvianto selaku Presiden Original Rekor Indonesia.
“Kami rasa Manggala perlu masyarakat perlu tau bahwa selama ini kita berbuat banyak prestasi di Manggala itu atas gagasan beliau gitu. Tujuan nya supaya ini ni pak Anton ini sebelum menjadi apa? mencalonkan sudah banyak berbuat untuk Jawa barat, dari mulai waktu itu kan kita penyuluhan narkoba terbanyak se-Indonesia, penyuluhan anti teroris terbanyak di-Indonesia, rekor hafidz Quran terbanyak se-Indonesia, masyarakat harus tau bahwa sebetulnya yang menjadi gagasan Manggala itu beliau, jadi beliau sudah banyak berbuat sebelum kecuali tidak mau di ekspose waktu itu. Pak Anton sudah menjadi pembina dan pendiri Manggala sudah lebih dari 10 tahun cuman beliau karena aktif di Polri jadi tidak bisa terlibat langsung.” Ujar H. Muhamad Ijudin Rahmad, SH. selaku Ketua Biro Hukum DPP Manggala Garuda Putih.
“Melestarikan budaya sunda bisa menjadi budaya nasional bahkan internasional, nah budaya nasional itu apa? prinsip nya puncak budaya daerah. Puncak budaya daerah akan menjadi budaya nasional ya untuk menjadi puncak kan perlu ada satu rekor nah seperti kemarin salah satu bagaimana debus sebagai seni original, seni tradisional yang biasa di mainkan oleh laki-laki kemudian ini di mainkan oleh wanita kan ini sesuatu yang yunik PDB (Positioning Differentiation and Brand). Jadi ada satu keunikan khusus yang berbeda dari yang lain ya itu lah yang akan di lakukan oleh Manggala, dan ini pun juga dalam rangka melestarikan seni-seni budaya khususnya seni budaya sunda sehingga nanti dengan semakin di ekspose budaya-budaya sunda akan lebih di kenal baik secara nasional maupun secara internasional karena sekarang ini era digital, era medsos, era global, jadi semuanya itu harus di ya istilahnya di sosialisasi kan salah satu sosialisasi yang paling efektif adalah berprestasi, makanya ada prestasi-prestasi yang harus kita capai.” Ujar Irjen Pol(Purn). DR. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N selaku Peraih Rekor ORI/Penggagas berbagai raihan Rekor Manggala Garuda Putih.
Putra Jawa Barat kelahiran Tasikmalaya 29 November 1960 yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat ini memiliki hobi yang unik nan religius yakni menjadi pencita seni dan kolektor Al-Quran kuno dan Kitab Kuning peninggalan sejarah yang berusia ratusan tahun. Berbagai koleksi kitab dan Quran yang dimiliki berjumlah kurang lebih 300 Quran terdiri dari Kitab kuning, Quran 30 Juz dan beragam Quran yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia diantaranya Madura, sunda, Nusa Tenggara Timur, Sumatera dan daerah lainnya. Uniknya seluruh tulisan kaligrafi dan motif Al-Fatihah dari kitab kuno tersebut di tulis tangan pada tahun 1612 atau 406 tahun silam oleh ahli ibadah asli Indonesia diantaranya syekh Jalaluddin, syekh Abdurrahman, syekh Sulaiman, syekh Muhammad Makki, syekh Hambu serta ahli ibadah lainnya sehingga menghasilkan karya rohani yang menakjubkan. Ada beberapa Quran yang telah berhasil di terjemahkan dan di lestarikan dalam bentuk salinan yang dapat di pelajari, alternatif salinan ini ditempuh demi menjaga keutuhan, keaslian dari karya rohani peninggalan sejarah Indonesia diharapkan dengan apresiasi ini dapat lebih memotivasi masyarakat untuk lebih inovatif, kreatif dalam seni dan budaya yang berkaitan dengan keagamaan di Indonesia.
Tonton via vidio.com
Tonton via youtube